RBG.ID, TIONGKOK - ’’Saya merasa dia dibunuh secara tidak langsung.’’ Tuo Shilei mengucapkan kalimat tersebut dengan sedih. Sebab, yang meninggal adalah Wenxuan, putranya.
Balita yang masih berusia 3 tahun itu meninggal. Nyawanya tidak tertolong gara-gara lockdown di permukiman mereka yang terletak di Lanzhou, Tiongkok.
Tuo menceritakan, Wenxuan sakit setelah sang istri terpeleset dan jatuh saat memasak pada Selasa (1/11). Diduga, dia keracunan karbon monoksida. Tuo mencoba menghubungi polisi dan ambulans, tetapi tidak ada yang mengangkat.
Setelah 30 menit, kondisi putranya memburuk. Tuo melakukan CPR, lalu menggendong putranya untuk keluar mencari pertolongan. Namun, penjaga melarangnya keluar dan memintanya menghubungi otoritas setempat atau ambulans. Lanzhou di-lockdown selama tiga pekan terakhir.
Panik, Tuo menabrak pembatas dan naik taksi ke rumah sakit. Sayangnya, begitu mereka sampai di rumah sakit, dokter tidak bisa menyelamatkan nyawa Wenxuan. ’’Tidak ada bantuan yang diberikan. Serangkaian kejadian itu membuat anak saya tewas,’’ ujar Tuo Rabu (2/11) sebagaimana yang dilansir The Guardian.
Seseorang sempat menawarinya CNY 100 ribu atau Rp 215,7 juta agar Tuo tutup mulut dan tidak meminta ganti rugi secara terbuka. Namun, Tuo menolak. Kasus itu menjadi sorotan tajam dan kritikan bagi pemerintah. Otoritas setempat baru meminta maaf atas kejadian tersebut, Kami (3/11).
’’Kami dengan tulus menerima kritik dan pengawasan dari media dan warganet serta bertekad memperbaiki kesalahan,’’ bunyi pernyataan mereka.